Selamat Datang Carl Rogers di BPI

“Ada Carl Rogers di BPI?” umbar seorang mahasiswa.

“Hah yang bener?” Tanya mahasiswi berjilbab cantik

“Betul, tadi gua liat udah botak sekarang kepalanya”

“Ah yang bener lo. Gw serius nih, skripsi gw kan tentang dia, sekalian gw Tanya-tanya nih. Desak si mahasiswi sebegitu penasaran.

Ih gak percaya. Gumam si mahasiswi itu setengah tertidur

“Asyik dong sekarang dimana Carl Rogersnya?” Sahut sang mahasiswi penasaran

Nih. Jawab si mahasiswa sambil menunjuk ke kepalanya.

Plaaak… Gamparanlah yang akhirnya diterima si mahasiswa tersebut

Sejak kapan ada Carl Rogers di BPI? Pertanyaan nakal itu terlontar dalam diri si mahasiswa sambil memegang buku dunia sophienya yang lecek. Pertanyaan itu diumbar karena melihat melihat keberhasilan-keberhasilan ilmu-ilmu yang bersifat kejiwaan. Seperti Psikologi dan Psikiatri melahirkan ilmuwan. Dari psikiatri ada Carl Gustave Jung, Sigmund Freud, Viktor Frankl, Joseph Breur dan banyak lagi. Dari Psikologi ada Gordon Allport, Carl Rogers, SarlitoWirawan, Kartini Kartono dll.

Mari kita bandingkan, Adakah Ilmuwan yang lahir dari Rahim jurusan BPI. Mari anda jawab sendiri. Well, ingin rasa hati membentak-bentak, Astaghfirullah. Namun apa daya ini tidak menyelesaikan masalah, lebih baik menulis seperti ini, hitung-hitung melakukan asosiasi bebas dalam termin psikoanalisa.

Praktis centris, inilah yang masih yang lekat dalam jurusan BPI. Namun yang janggal praktis centris di sini tidak membuahkan hasil layaknya Freud dengan psikonalisanaya, Jean Charchot dengan Hipnotisnya, Adler dangan Psikologi Individunya, Frankl dengan Logotherapinya. Si mahasisa iri betul dengan mereka, tapi mau mengadu dengan siapa keluh kesah di dada, dengan mahasiswa BPI yang tidak ngerti humanistik, dengan mahasiswi BPI yang lebih banyak bergincu sampai-sampai pengertian konseling masih mencari di buku, dengan anak-anak semester lima yang gak ngerti bedanya kateksis, kastrasi dan katarsis. Alah lupakan sajalah banyak kesal cepat tua orang bilang. Dan Si Mahasiswa itu kembali tidur terlelap, larut dengan angan-angannya, siapa tahu bisa ketemu Freud sekalian minta mengintpretasi mimpi.