AKU DAN FREUD
Dalam persimpangan jalan merah Aku marah di Jenin
Melambung secercah antomi tubuh yang diperas oleh tokek ekonomi
Ketiadaan Fisiologi yang membunuh Fisikaku
Fase ialah klise karakter bagi doktermu
Phalismu mengkonstruksi Siti, Aminah dan Gea di kening alis
Analmu begitu binal mencipta pusing di dahi Malik
Telunjukku tak melepas lipatan segitiga di halamanmu
mataku terguncang obsesif kompulsif kenikmatan permisif
Hatiku mengubur relung para pelacur di Parung: Genitalkah?
Pergilah Freud Kepada Jalan tuhanmu.
Tuhan rasio tubuh yang bersetubuh dalam determinisku
Semu seksualitas yang menubuh dan tubuhku yang terseksualkan.
Ini itu dia aku kalian mereka
Generalisasi fiksi yang membunuh kaumku yang memproteksi
Dengan jilatan binatang yang membawamu terbang
Jadikan Unconsiounes
Jadikan Id
Jadikan Norma
Jadikan Konstruksi
Jadikan Segalanya
Segalanya
Dalam persimpangan jalan merah Aku marah di Jenin
Melambung secercah antomi tubuh yang diperas oleh tokek ekonomi
Ketiadaan Fisiologi yang membunuh Fisikaku
Fase ialah klise karakter bagi doktermu
Phalismu mengkonstruksi Siti, Aminah dan Gea di kening alis
Analmu begitu binal mencipta pusing di dahi Malik
Telunjukku tak melepas lipatan segitiga di halamanmu
mataku terguncang obsesif kompulsif kenikmatan permisif
Hatiku mengubur relung para pelacur di Parung: Genitalkah?
Pergilah Freud Kepada Jalan tuhanmu.
Tuhan rasio tubuh yang bersetubuh dalam determinisku
Semu seksualitas yang menubuh dan tubuhku yang terseksualkan.
Ini itu dia aku kalian mereka
Generalisasi fiksi yang membunuh kaumku yang memproteksi
Dengan jilatan binatang yang membawamu terbang
Jadikan Unconsiounes
Jadikan Id
Jadikan Norma
Jadikan Konstruksi
Jadikan Segalanya
Segalanya
Dan Sisy pun lari sambil mengeluarkan tiga buah bukumu dari tasnya.
Kemudian dia terjatuh hingga dengkulnya mengeluarkan najis
Lalu kembali berdiri, sambil mengayuh kakinya dengan kencang. Dia
merobek bukumu yang sangat tebal. dan endingnya bersuara keras:
Memories, Dreams and Reflections dengan nada panjang.
Akhirnya dia sampai rumah, sesekali Sisy berkata dengan tangisan yang
membuat haru:You lie Freud, You lie me. There is no deteminism. what
was your opinion base on? I have potency.
Setetes air mata sisy membuat kepecahan warna hitam dari artikel yang
ku print. Spontanitas mulut sisy yang terbuka lebar karena haru yang
mendalam berkolaborasi dengan ucapan indah: what an interesting my
life.
Hancurlah patungmu yang dibeli dangan mahal dan susah payah di
Wina......
Aku adalah individu yang tersadarkan karena potensi diri.
1 komentar:
BAGUS NIH PUISINYA WALAU TERKESAN JOROK, TAPI SAYA MEMBERIKAN APRESIASI BUAT PENGANUT FRUED HEHEHEHE
TULISAN LOE BAGUS JAR, KEEP WRITING YA...!!!!!
Posting Komentar